PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa
zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil
rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Warna merupakan salah satu faktor
penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu
barang yang termasuk di dalamnya adalah makanan dan minuman. Makanan yang
memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada
makanan yang tidak berwarna.
Pemakaian zat pengawet, pemanis dan pewarna sintetik pada makanan dan
minuman telah banyak digunakan. Khususnya zat pewarna, masih banyak
ditemukan pemakaian zat pewarna berbahaya bagi manusia, contohnya: rhodamin
B, sudan I, metanil yellow, citrus red, violet GB dan lain-lain (Tabel 2). Pewarna-
pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 239 / Men.Kes / Per / V / 85 (Anonim, 1985).
Harga menjadi salah satu alasan oleh produsen untuk menggunakan zat
pewarna tekstil untuk ditambahkan pada produk makanan mereka, dimana zat
pewarna tekstil relatif lebih murah dan biasanya warnanya lebih menarik
dibanding dengan zat pewarna untuk makanan. Pemberian zat pewarna berbahaya
yang dipakai dalam bahan makanan juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang
zat pewarna apa saja yang diperbolehkan (Tabel 1) dan yang tidak diperbolehkan
(Tabel 2) untuk ditambahkan pada makanan.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa pewarna tekstil yang digunakan
dalam makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tubuh mereka. Bahan-
bahan pewarna seperti rhodamin B juga dapat terakumulasi pada tubuh manusia
dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-
penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2006).
Rhodamin B dan metanil yellow menyebabkan toksik pada mencit dan
tikus percobaan (Nainggolan-Sihombing, 1984). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metanil yellow menyebabkan tumor pada tikus percobaan. Hal-hal tersebut
akan menimbulkan pertanyaan, apakah keracunan serupa seperti yang terlihat
pada hewan percobaan tersebut akan terjadi juga pada manusia yang sering makan
makanan yang mengandung pewarna rhodamin B dan metanil yellow (Gupta, dkk,
2002). Rhodamin B dan metanil yellow bisa menyebabkan kanker, keracunan,
iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus (Mudjajanto, 2007).
Beberapa produk makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan
mengandung zat warna diantaranya yaitu kerupuk, tape, permen, geplak, dodol,
jelly, saos dan masih banyak lagi. Jelly merupakan salah satu jenis produk
makanan yang banyak digemari oleh masyarakat terutama di kalangan anak-anak
dan remaja. Berbagai merk dan bentuk dari makanan jelly yang berada di pasaran
semakin hari semakin bertambah, terutama produk jelly yang dijual di pasar-pasar
tradisional seperti pasar-pasar yang berada di Kecamatan Jebres. Kecamatan
Jebres merupakan 1 dari 5 kecamatan yang berada di Kotamadya Surakarta,
dimana kepadatan penduduknya menempati urutan kedua setelah Kecamatan
Banjarsari (Tabel 7), dengan kepadatan yang cukup tinggi yaitu 10.200 jiwa/km2
(Anonim, 2006). Pasar-pasar tradisional yang ada di Kecamatan Jebres tersebar di
beberapa lokasi. Pasar-pasar tersebut antara lain: Pasar Gede, Pasar Jebres, Pasar
Ledoksari, Pasar Tanggul, dan Pasar Mojosongo.
Pasar-pasar di Kecamatan Jebres memiliki aktivitas jual beli kebutuhan
sehari-hari oleh masyarakat cukup tinggi, hal tersebut dimungkinkan karena
beberapa pasar tersebut berada dekat dengan pusat kota sehingga peredaran jelly
yang ada sangat banyak dengan merk-merk yang ada. Oleh karena itu, penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat rhodamin B dan
metanil yellow yang digunakan dalam makanan jelly yang beredar di pasar-pasar
tradisional di Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta, dimana sudah diketahui
bahwa kedua pewarna tersebut telah dinyatakan berbahaya oleh pemerintah.
B. Perumusan Masalah
Adakah zat pewarna berbahaya (rhodamin B dan metanil yellow) di dalam
produk makanan jelly di pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya produk makanan jelly
yang diperjualbelikan di pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta
mengandung rhodamin B dan metanil yellow.
D. Tinjauan Pustaka
1. Jelly
Jelly merupakan salah satu jenis produk makanan yang pada umumnya
berbentuk semi padat, dengan rasa manis, dan biasanya berwarna-warni dalam
kemasannya yang banyak digemari oleh masyarakat terutama untuk kalangan
anak-anak dan remaja. Berbagai merk dan bentuk dari makanan jelly yang berada
di pasaran semakin hari semakin bertambah. Terutama produk-produk jelly yang
dijual di pasar-pasar tradisional seperti merk Okky Jelly, Okky Jelly Drink,
Borobudur Jelly, Donald Jelly dan merk-merk lain, juga beberapa produk jelly
lain tanpa merk.
2. Zat warna
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
memberi warna pada suatu objek (Fessenden & Fessenden, 1999). Penentuan
mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor
diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya; di samping itu ada faktor
lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain
dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-
kadang sangat menentukan (Winarno, 2002).
Pewarna sintetik makanan digolongkan sesuai struktur kimianya ke dalam
golongan: azo, triaryl methane, xanthene, quinoline dan komponen indigoid
(Nollet, 2004). D&C Red No. 19 nama lain dari rhodamin B (tabel 3) merupakan
pewarna golongan xanthene basa (Marmion, 1984) dan metanil yellow merupakan
pewarna golongan azo (Nainggolan, dan Sihombing, 1984).
Tabel 1. Zat pewarna bagi makanan dan minuman yang diijinkan di
Indonesia (Winarno, 2002).
Dengan perkembangan teknologi pengolahan bahan makanan yang sangat
pesat, maka bahan-bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan
makanan semakin banyak jumlahnya. Bahan tambahan secara definitif dapat
diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dengan sengaja dan kemudian terdapat
dalam makanan sebagai akibat dari berbagai tahap budidaya, pengolahan,
penyimpanan maupun pengemasan. Zat pewarna makanan termasuk salah satu
dari bahan tambahan (Sudarmadji, 1996).
Tabel 2. Zat pewarna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya
(Anonim, 1985).
3. Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintesis berbentuk serbuk kristal berwarna
kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk tersebut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah (Trestirati, 2003).
Berdasar data toksikologi dan dermatologi, rhodamin B (Gambar 1) dapat
menyebabkan iritasi kuat pada membran mukosa (Tabel 4).
Gambar 1. Struktur kimia rhodamin B (Marmion, 1984).
Tabel 3. Data rhodamin B (Anonima, 2007).
Tabel 4. Data toksikologi dan dermatologi rhodamin B (Otterstätter, 1999).
4. Metanil Yellow
Metanil yellow merupakan pewarna golongan azo, dimana dalam
strukturnya terdapat ikatan N=N (Gambar 2). Metanil yellow dengan warna
kuning (Tabel 5) dibuat dari asam metanilat dan difenilamin (Nainggolan, dan
Sihombing, 1984)
5. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
suatu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile); pemisahanpemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini (Sastrohamidjojo,
1991). Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatogafi lapis tipis (KLT)
adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,
1985). Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan berbagai
senyawa seperti ion-ion anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan
anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dansenyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbsi dan
adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbsi dan adsorben
bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum dipakai
ialah silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oxyde), kieselguhr (diatomeus
earth) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut yang paling banyak
dipakai ialah silika gel karena hampir semua senyawa zat dapat dipisahkan oleh
jenis adsorben ini (Tabel 6) dan masing-masing terdiri dari beberapa jenis yang
mempunyai nama perdagangan bermacam-macam (Adnan, 1997).
Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang
dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada
gelas penyokong. Sifat-sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi
lapisan tipis adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom.
Dua sifat yang penting dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya,
karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada mereka
(Sastrohamidjojo, 1991).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada
gaya kapiler (Stahl, 1985). Jika fase gerak dan fase diam telah dipilih dengan
tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masing
bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran (Gritter, dkk,
1991). Memang agak sukar untuk menentukan sistem pelarut yang cocok untuk
pengembangan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like
dissolves like, tetapi akan lebih cepat dengan mengambil pengalaman para
peneliti, yaitu dengan dasar pustaka yang sudah ada (Adnan, 1997). Perbedaan
migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan dalam
kecepatan migrasi dari 2 senyawa, tidak mungkin terjadi pemisahan (Sudjadi,
1986).
Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa dan warna pada
kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama pada kira-kira 254
nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang
pendek dan atau gelombang panjang (365 nm) (Stahl, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih
baik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi
lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf
dalam lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kromatografi kertas.
Seperti halnya pada kromatografi kertas harga Rf didefinisikan sebagai
berikut:
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan
dengan harga-harga standar (Sastrohamidjojo, 1991).
6. Kecamatan Jebres
Kecamatan Jebres merupakan 1 dari 5 kecamatan yang berada di
Kotamadya Surakarta, dimana kepadatan penduduknya menempati urutan kedua
setelah Kecamatan Banjarsari (Anonim, 2006).
Pasar-pasar tradisional yang ada di Kecamatan Jebres tersebar di beberapa
lokasi. Pasar-pasar tersebut antara lain: Pasar Gede, Pasar Jebres, Pasar Ledoksari,
Pasar Tanggul, dan Pasar Mojosongo.
E. Keterangan Empiris
Jelly yang berwarna merah dan kuning yang diperjualbelikan di pasar
Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta diduga mengandung zat pewarna
rhodamin B dan metanil yellow.
Refrensi Buku :
Anonim "Pelepasan Rambutan Binjai sebagai Varietas Unggul" 1985,
Judarwanto "Ensiklopedia calon ibu: panduan lengkap mendidik anak secara Islami"2006,
Nainggolan-Sihombing "Malpractice of colouring soy tempe with non-edible metanil yellow" 1984,
Gupta dkk "Fisika SMA/MA Kls XI" 2002,
Fessenden & Fessenden 1999,
Winarno 2002,
Sudarmadji 1996,
Trestirati 2003,
Marmion 1984,
Anonima 2007,
Otterstätter 1999,
Sastrohamidjojo 1991,
Stahl 1985,
Adnan 1997.
Rabu, 25 Januari 2012
Selasa, 24 Januari 2012
RHODAMIN B DALAM MAKANAN
PENGANTAR
Rhodamin B merupakan zat warna yang berbahaya yang sering disalahgunakan mewarnai berbagai makanan dan minuman. Rhodamin B demikian juga Methanil Yellow dan Amaranth telah dilarang penggunaannya dalam makanan. Winarno 1989, melaporkan hasil penelitiannya terhadap berbagai jenis minuman rakyat yang termasuk kategori " Sheet Food" dii daerah.
Tanggal 26 Juni 2002 Harian Kompas memuat tulisan mengenaii Makanan Yang Mengandung "Rhodamin B", agar persepsi masyarakat lebih jelas mengenai rhodamin B. Berikut disampaikan informasi seperlunya.
BAHAN PEWARNA SINTETIK
Bahan pewarna makanan terdiri dari dua jenis yaitu yang alami dan sintetik berikut disamping hanya yang sintetik saja. Bahan pewarna sintetik yang telah dihasilkan para ahli kimia berasal dari Coal Tar, yang jumlahnya ratusan. Pewarna sintetik yang juga disebut pewarna buatan, banyak disenangi oleh industri pangan maupun non pangan (tekstil, kulit dan kertas).
Dari ratusan pewarna sintetik tersebut terdapat beberapa bahan pewarna yang bersifat toksik atau racun, bahkan ada yang bersifat karsinogenik (dapat menstimulir timbulnya kanker), Rhodamin B yang berwarna merah adalah salah satunya. Disamping Rhodamin B yang telah dilarang digunakan dalam makanan adalah Amarath (merah) dan Methanil Yellow (kuning).
Ada segi istimewanya zat pewarna tersebut karena murah harganya, mudah larut dan menyebar serta memberi warna cerah yang merata, membuat warna makin lebih menarik, dan menyebabkan warna asli produk yang luntur atau hilang atau berubah selama proses pengolahan.
Sebaiknya para industri makanan menggunakan bahan pewarna alami atau pewarna yang Food Grade tetapi untuk pakar-pakar dengan mudah membedakan Food Grade atau yang beracun apalagi para pedegang makanan jajanan. Jadi ya bila hal itu berulang-ulang terjadi, mohon maklum saja.
Sosialisasi dari pemerintah ke para industri UKM, tidak segampang yang diperkirakan orang. Tetapi kalau penggunaan Rhodamin B masih juga digunakan oleh suatu industri besar yang kerjanya sehari-hari melakukan eksport terasa agak janggal.
Cara analisa Rhodamin B tidaklah sangat sulit, terutama bila masih dalam bentuk asli (belum dicampur) dan agar laboratorium-laboratorium lain juga mampu melaksanakan analisa Rhodamin B. Berikut penulis memberikan beberapa petunjuk singkat, baik cara yang advance maupun yang sangat sederhana.
UJI BAHAN PEWARNA MAKANAN
Di berbagai negara yang maju sebelum zat pewarna sintetik dapat digunakan dalam makanan, harus terlebih dahulu lolos dari berbagai prosedur pengujian.
Test yang harus dijalankan meliputi pengujian kimia, biokimia toksikalogi dan analisis terhadap media tersebut. Bila lolos uji zat pewarna tersebut baru dapat digunakan penggunaannya dalam makanan. Zat pewarna kemudian disebut Permitted Color atau Certified Color atau Food Grade Colouring Agent.
Proses pembuatan zat warna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat dan asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh logam berat seperti arsen, atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir harus melalui suatu senyawa antara dulu, yang kadang-kadang berbahaya. Sering kali dalam proses reaksi tersebut terbentuk senyawa baru yang berbahaya yang lebih tertinggal sebagai residu dalam bahan pewarna tersebut.
Setelah lolos berbagai uji dan tes tersebut, zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan logam arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001% sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.
Di Perdagangan Internasional, informasi detail mengenai zat warna Food Grade dapat dilihat pada dokumen Codex Alimentarius Commission (kunjungi situs CAC : http://www.codexalimemtarius.net) dan di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diijinkan dan dilarang dalam makanan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 235 Menkes/Per/VI/79 dan yang telah direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722 Menkes/Per/IXI/80 mengenai Bahan Tambahan Makanan.
Bila pembaca masih ingin penjelasan lebih lanjut berinteraksilah dengan fgw@mbrio-food.com atau www.mbrio-food.com.
RHODAMIN B
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang berbahaya. Rumus kimia Rhodamin B seperti terlihat pada gambar (a) di bawah ini dan absorpsi serta Flourescene Imission Spektra seperti tertera dalam gambar (b).
(a) C28H31N2O3Cl
Toksisitasnya : Termasuk bahan kimia berbahaya (harmful). Berbahaya bila tertelan, terhisap pernapasan atau terserap melalui kulit. Toksisitasnya adalah ORL - RAT LDLO 500 mg Kg-1.
DETEKSI ZAT PEWARNA TEKSTIL
A. TEKNIK ANALISA CANGGIH
Telah diketahui bahwa berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, telah diwarnai dengan pewarna tekstil atau yang bukan zat pewarna "food grade", yaitu yang tidak diizinkan digunakan dalam makanan. Pewarna-pewarna tersebut memang lebih banyak digunakan untuk tekstil, kertas atau kulit. Seperti telah diketahui, berdasarkan beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa beberapa zat pewarna tekstil yang tidak diizinkan tersebut bersifat racun bagi manusia sehingga dapat membahayakan kesehatan konsumen, dan senyawa tersebut memiliki peluang dapat menyebabkan kanker pada hewan-hewan percobaan.
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara rutin dilakukan, dengan berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih berdasarkan suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut secara teliti, karena itu minimal diperlukan fasilitas yang cukup canggih serta dituntut tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya cukup mahal harganya. Di samping itu teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang profesional.
(b) Grafik tersebut di atas merupakan molar extinction coefficient Rhodamin B yang dilarutkan dalam etanol.
Molar extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M-1cm-1 pada panjang gelombang 542,75 nm.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari beberapa metoda yang praktis tetapi teliti untuk mengidentifikasi adanya pewarna sintetik dan bila perlu dapat membedakan jenis pewarna sintetik dalam makanan. Hal tersebut penting sekali bagi laboratorium pangan, pembuat kebijaksanaan dan organisasi pelindung konsumen agar mempunyai suatu teknik atau metoda analisis yang cepat cara kerjanya dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan dengan pewarna tekstil. Teknik analisis tersebut seyogyanya yang cukup sederhana sehingga mudah dilakukan di tingkat rumahtangga dan di lapangan bagi penjual zat pewarna atau penjual makanan. Adanya kebutuhan yang mendesak tersebut juga ditegaskan oleh JECFA.
B. TEKNIK ANALISIS SEDERHANA
Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat daftar beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.
Sedangkan prinsip kerjanya adalah kromatograph kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Cara kerja analisa ini adalah melarutkan suatu zat pewarna yang dicurigai ke dalam air destilata, sehingga didapat konsentrasi 1,0 mg/ml atau 1 g/l, kemudian larutan tersebut diteteskan (spot) pada +2 cm dari ujung kertas saring yang berukuran 20x20 cm. Selanjutnya kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam gelas yang telah diisi air secukupnya (diletakkan 1-1,5 cm dari basar gelas). Air akan terhisap secara kapiler atau merembes ke atas, dan air dibirkan merembes sampai 3/4 tinggi gelas. Kertas saring diangkat dan dikeringkan di udara. Setelah kering, kertas dilipat dua dan dilipat lagi menjadi tiga seperti telihat pada Gambar 1, sehingga terdapat 8 bagian antara spot asli dan batas pelarut. Seluruh analisis ini dapat selesai kurang dari 1,5 jam. Hasilnya zat pewarna tekstil praktis tidak bergerak pada tempatnya.
Tabel 1. Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No Pewarna Sintetis Warna Mudah larut di air
1 Rhodamin B Merah Tidak
2 Methanil Yellow Kuning Tidak
3 Malachite Green Hijau Tidak
4 Sunset Yelow Kuning Ya
5 Tatrazine Kuning Ya
6 Brilliant Blue Biru Ya
7 Carmoisine Merah Ya
8 Erythrosine Merah Ya
9 Fast Red E Merah Ya
10 Amaranth Merah Ya
11 Indigo Carmine Biru Ya
12 Ponceau 4R Merah Ya
C. KEUNGGULAN
Cara ini praktis untuk mengecek atau mengidentifikasi zat warna dalam kemasan yang akan digunakan untuk mengolah makanan secara spesifik. Bila akan menganalisis zat warna yang terdapat dalam makanan, harus diekstraksi dulu sehingga mendapatkan larutan dengan konsentrasi 1 g/l zat pewarna.
Para teknisi laboratorium dan lembaga konsumen, bahkan siswa SMA serta konsumen awam, kini dapat dengan mudah, cepat dan sederhana mendeteksi zat warna tekstil tersebut, bila diinginkan.
Keunggulan lain dari metoda sederhana ini adalah tidak diperlukannya standar pembanding (kecuali ingin mendeteksi zat pewarna apa). Akan tetapi hasil uji dengan metoda tersebut perlu pula dikonfirmasi lebih lanjut dengan uji yang dikerjakan di laboratorium dengan menggunakan metoda konvensional. Sehingga dapat benar-benar diyakini bahwa bahan pewarna tersebut tidak mengandung dyes tekstil. Hal ini penting karena terkadang hasil penelitian terbaru dapat mencabut ijin pemakaian bahan pewarna tertentu yang sebelumnya tercantum di dalam daftar pewarna yang diijinkan, seperti yang terjadi di India mengenai pemakaian Fast Red E.
Keterangan:
1. Rodhamin, 2. Metanil Yellow, 3. Malachite Green, 4. Brilliant Blue, 5. Indigo Carmino, 6. Sunset Yellow, 7. Tartrazine, 8. Amaranth, 9. Carmoisine, 10. Erythrocine, 11. Ponceau 4R, 12. Fast
Sumber : http://www.mbrio-food.com/article5.htm
Rhodamin B merupakan zat warna yang berbahaya yang sering disalahgunakan mewarnai berbagai makanan dan minuman. Rhodamin B demikian juga Methanil Yellow dan Amaranth telah dilarang penggunaannya dalam makanan. Winarno 1989, melaporkan hasil penelitiannya terhadap berbagai jenis minuman rakyat yang termasuk kategori " Sheet Food" dii daerah.
Tanggal 26 Juni 2002 Harian Kompas memuat tulisan mengenaii Makanan Yang Mengandung "Rhodamin B", agar persepsi masyarakat lebih jelas mengenai rhodamin B. Berikut disampaikan informasi seperlunya.
BAHAN PEWARNA SINTETIK
Bahan pewarna makanan terdiri dari dua jenis yaitu yang alami dan sintetik berikut disamping hanya yang sintetik saja. Bahan pewarna sintetik yang telah dihasilkan para ahli kimia berasal dari Coal Tar, yang jumlahnya ratusan. Pewarna sintetik yang juga disebut pewarna buatan, banyak disenangi oleh industri pangan maupun non pangan (tekstil, kulit dan kertas).
Dari ratusan pewarna sintetik tersebut terdapat beberapa bahan pewarna yang bersifat toksik atau racun, bahkan ada yang bersifat karsinogenik (dapat menstimulir timbulnya kanker), Rhodamin B yang berwarna merah adalah salah satunya. Disamping Rhodamin B yang telah dilarang digunakan dalam makanan adalah Amarath (merah) dan Methanil Yellow (kuning).
Ada segi istimewanya zat pewarna tersebut karena murah harganya, mudah larut dan menyebar serta memberi warna cerah yang merata, membuat warna makin lebih menarik, dan menyebabkan warna asli produk yang luntur atau hilang atau berubah selama proses pengolahan.
Sebaiknya para industri makanan menggunakan bahan pewarna alami atau pewarna yang Food Grade tetapi untuk pakar-pakar dengan mudah membedakan Food Grade atau yang beracun apalagi para pedegang makanan jajanan. Jadi ya bila hal itu berulang-ulang terjadi, mohon maklum saja.
Sosialisasi dari pemerintah ke para industri UKM, tidak segampang yang diperkirakan orang. Tetapi kalau penggunaan Rhodamin B masih juga digunakan oleh suatu industri besar yang kerjanya sehari-hari melakukan eksport terasa agak janggal.
Cara analisa Rhodamin B tidaklah sangat sulit, terutama bila masih dalam bentuk asli (belum dicampur) dan agar laboratorium-laboratorium lain juga mampu melaksanakan analisa Rhodamin B. Berikut penulis memberikan beberapa petunjuk singkat, baik cara yang advance maupun yang sangat sederhana.
UJI BAHAN PEWARNA MAKANAN
Di berbagai negara yang maju sebelum zat pewarna sintetik dapat digunakan dalam makanan, harus terlebih dahulu lolos dari berbagai prosedur pengujian.
Test yang harus dijalankan meliputi pengujian kimia, biokimia toksikalogi dan analisis terhadap media tersebut. Bila lolos uji zat pewarna tersebut baru dapat digunakan penggunaannya dalam makanan. Zat pewarna kemudian disebut Permitted Color atau Certified Color atau Food Grade Colouring Agent.
Proses pembuatan zat warna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat dan asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh logam berat seperti arsen, atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir harus melalui suatu senyawa antara dulu, yang kadang-kadang berbahaya. Sering kali dalam proses reaksi tersebut terbentuk senyawa baru yang berbahaya yang lebih tertinggal sebagai residu dalam bahan pewarna tersebut.
Setelah lolos berbagai uji dan tes tersebut, zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan logam arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001% sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.
Di Perdagangan Internasional, informasi detail mengenai zat warna Food Grade dapat dilihat pada dokumen Codex Alimentarius Commission (kunjungi situs CAC : http://www.codexalimemtarius.net) dan di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diijinkan dan dilarang dalam makanan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 235 Menkes/Per/VI/79 dan yang telah direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722 Menkes/Per/IXI/80 mengenai Bahan Tambahan Makanan.
Bila pembaca masih ingin penjelasan lebih lanjut berinteraksilah dengan fgw@mbrio-food.com atau www.mbrio-food.com.
RHODAMIN B
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang berbahaya. Rumus kimia Rhodamin B seperti terlihat pada gambar (a) di bawah ini dan absorpsi serta Flourescene Imission Spektra seperti tertera dalam gambar (b).
(a) C28H31N2O3Cl
Toksisitasnya : Termasuk bahan kimia berbahaya (harmful). Berbahaya bila tertelan, terhisap pernapasan atau terserap melalui kulit. Toksisitasnya adalah ORL - RAT LDLO 500 mg Kg-1.
DETEKSI ZAT PEWARNA TEKSTIL
A. TEKNIK ANALISA CANGGIH
Telah diketahui bahwa berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, telah diwarnai dengan pewarna tekstil atau yang bukan zat pewarna "food grade", yaitu yang tidak diizinkan digunakan dalam makanan. Pewarna-pewarna tersebut memang lebih banyak digunakan untuk tekstil, kertas atau kulit. Seperti telah diketahui, berdasarkan beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa beberapa zat pewarna tekstil yang tidak diizinkan tersebut bersifat racun bagi manusia sehingga dapat membahayakan kesehatan konsumen, dan senyawa tersebut memiliki peluang dapat menyebabkan kanker pada hewan-hewan percobaan.
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara rutin dilakukan, dengan berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih berdasarkan suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut secara teliti, karena itu minimal diperlukan fasilitas yang cukup canggih serta dituntut tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya cukup mahal harganya. Di samping itu teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang profesional.
(b) Grafik tersebut di atas merupakan molar extinction coefficient Rhodamin B yang dilarutkan dalam etanol.
Molar extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M-1cm-1 pada panjang gelombang 542,75 nm.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari beberapa metoda yang praktis tetapi teliti untuk mengidentifikasi adanya pewarna sintetik dan bila perlu dapat membedakan jenis pewarna sintetik dalam makanan. Hal tersebut penting sekali bagi laboratorium pangan, pembuat kebijaksanaan dan organisasi pelindung konsumen agar mempunyai suatu teknik atau metoda analisis yang cepat cara kerjanya dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan dengan pewarna tekstil. Teknik analisis tersebut seyogyanya yang cukup sederhana sehingga mudah dilakukan di tingkat rumahtangga dan di lapangan bagi penjual zat pewarna atau penjual makanan. Adanya kebutuhan yang mendesak tersebut juga ditegaskan oleh JECFA.
B. TEKNIK ANALISIS SEDERHANA
Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat daftar beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.
Sedangkan prinsip kerjanya adalah kromatograph kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Cara kerja analisa ini adalah melarutkan suatu zat pewarna yang dicurigai ke dalam air destilata, sehingga didapat konsentrasi 1,0 mg/ml atau 1 g/l, kemudian larutan tersebut diteteskan (spot) pada +2 cm dari ujung kertas saring yang berukuran 20x20 cm. Selanjutnya kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam gelas yang telah diisi air secukupnya (diletakkan 1-1,5 cm dari basar gelas). Air akan terhisap secara kapiler atau merembes ke atas, dan air dibirkan merembes sampai 3/4 tinggi gelas. Kertas saring diangkat dan dikeringkan di udara. Setelah kering, kertas dilipat dua dan dilipat lagi menjadi tiga seperti telihat pada Gambar 1, sehingga terdapat 8 bagian antara spot asli dan batas pelarut. Seluruh analisis ini dapat selesai kurang dari 1,5 jam. Hasilnya zat pewarna tekstil praktis tidak bergerak pada tempatnya.
Tabel 1. Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No Pewarna Sintetis Warna Mudah larut di air
1 Rhodamin B Merah Tidak
2 Methanil Yellow Kuning Tidak
3 Malachite Green Hijau Tidak
4 Sunset Yelow Kuning Ya
5 Tatrazine Kuning Ya
6 Brilliant Blue Biru Ya
7 Carmoisine Merah Ya
8 Erythrosine Merah Ya
9 Fast Red E Merah Ya
10 Amaranth Merah Ya
11 Indigo Carmine Biru Ya
12 Ponceau 4R Merah Ya
C. KEUNGGULAN
Cara ini praktis untuk mengecek atau mengidentifikasi zat warna dalam kemasan yang akan digunakan untuk mengolah makanan secara spesifik. Bila akan menganalisis zat warna yang terdapat dalam makanan, harus diekstraksi dulu sehingga mendapatkan larutan dengan konsentrasi 1 g/l zat pewarna.
Para teknisi laboratorium dan lembaga konsumen, bahkan siswa SMA serta konsumen awam, kini dapat dengan mudah, cepat dan sederhana mendeteksi zat warna tekstil tersebut, bila diinginkan.
Keunggulan lain dari metoda sederhana ini adalah tidak diperlukannya standar pembanding (kecuali ingin mendeteksi zat pewarna apa). Akan tetapi hasil uji dengan metoda tersebut perlu pula dikonfirmasi lebih lanjut dengan uji yang dikerjakan di laboratorium dengan menggunakan metoda konvensional. Sehingga dapat benar-benar diyakini bahwa bahan pewarna tersebut tidak mengandung dyes tekstil. Hal ini penting karena terkadang hasil penelitian terbaru dapat mencabut ijin pemakaian bahan pewarna tertentu yang sebelumnya tercantum di dalam daftar pewarna yang diijinkan, seperti yang terjadi di India mengenai pemakaian Fast Red E.
Keterangan:
1. Rodhamin, 2. Metanil Yellow, 3. Malachite Green, 4. Brilliant Blue, 5. Indigo Carmino, 6. Sunset Yellow, 7. Tartrazine, 8. Amaranth, 9. Carmoisine, 10. Erythrocine, 11. Ponceau 4R, 12. Fast
Sumber : http://www.mbrio-food.com/article5.htm
Minggu, 22 Januari 2012
4 Cara Efektif Untuk Mencegah HIV/ AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), penyakit yang menginfeksi dan merusak sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.
HIV merupakan salah satu penyakit yang paling serius di dunia kesehatan dan dianggap sebagai penyakit pembunuh. Setiap tahun, sekitar 8-10 juta orang terinfeksi dengan penyakit ini, dan lebih dari 2 juta orang yang meninggal dunia.
Oleh karena itu, kita harus lebih menekankan pada pencegahan terhadap HIV / AIDS daripada pengobatan. Pencegahan HIV / AIDS adalah cara terbaik untuk mengurangi penyebaran infeksi HIV. Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah HIV dan AIDS:
1. Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV
Cara yang paling umum untuk menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar dari satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif terinfeksi HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV/ AIDS, pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.
2. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah
Obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV. Jarum tato senjata,, dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan bedah:
o Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
o Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.
o Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi.
o Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.
3. Gunakan Kondom
Cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.
4. Hindari Seks Bebas
HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk orang dengan banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau mendapatkan AIDS. Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan kondom, Anda masih harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia pada pasangan seksual Anda.
Anda pasti tidak ingin menjadi statistik berikutnya dalam pertumbuhan orang yang terinfeksi HIV / AIDS. Dengan tips di atas, Anda sangat dapat menghindari penyakit ini menular terburuk sambil menikmati kehidupan yang utuh dan sehat.
HIV merupakan salah satu penyakit yang paling serius di dunia kesehatan dan dianggap sebagai penyakit pembunuh. Setiap tahun, sekitar 8-10 juta orang terinfeksi dengan penyakit ini, dan lebih dari 2 juta orang yang meninggal dunia.
Oleh karena itu, kita harus lebih menekankan pada pencegahan terhadap HIV / AIDS daripada pengobatan. Pencegahan HIV / AIDS adalah cara terbaik untuk mengurangi penyebaran infeksi HIV. Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah HIV dan AIDS:
1. Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV
Cara yang paling umum untuk menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar dari satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif terinfeksi HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV/ AIDS, pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.
2. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah
Obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV. Jarum tato senjata,, dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan bedah:
o Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
o Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.
o Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi.
o Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.
3. Gunakan Kondom
Cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.
4. Hindari Seks Bebas
HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk orang dengan banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau mendapatkan AIDS. Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan kondom, Anda masih harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia pada pasangan seksual Anda.
Anda pasti tidak ingin menjadi statistik berikutnya dalam pertumbuhan orang yang terinfeksi HIV / AIDS. Dengan tips di atas, Anda sangat dapat menghindari penyakit ini menular terburuk sambil menikmati kehidupan yang utuh dan sehat.
Sabtu, 21 Januari 2012
Cara Mengolah Footnote dan Endnote di Word 2007
Footnote (catatan kaki) dan Endnote (catatan akhir) digunakan untuk memberi penjelasan, komentar tambahan yang lebih mendetil atau referensi untuk informasi tertentu yang ada dalam dokumen.
Berikut tutorial cara mengolah footnote dan endnote.
Catatan: Jika Anda ingin membuat kutipan dan daftar pustaka (bibliografi) dapat dilihat pada artikel ini: Cara Membuat Kutipan dan Daftar Pustaka (Bibliografi) Otomatis di Word 2007.
Footnote atau endnote terdiri dari:
Tanda (dalam bentuk superscript) yang terletak dalam dokumen.Tanda bisa berupa angka, simbol, atau huruf.
Isi untuk keterangan footnote/endnote yang terletak di akhir halaman atau dokumen/section.
Cara Menyisipkan Footnote dan Endnote
1. Klik pada bagian yang ingin disisipkan tanda footnote/endnote.
2. Pada References tab, Footnotes group, klik Insert Footnote (untuk membuat catatan kaki) atau Insert Endnote (untuk membuat catatan akhir).
3. Sekarang kursor akan berpindah pada bagian untuk mengetik isi footnote/endnote.
Catatan: Secara default, MS Word akan menempatkan isi Footnote di akhir halaman sedangkan isi Endnote di akhir dokumen.
4. Untuk merubah format footnote/endnote, klik tanda Dialog Box Launcher () pada Footnotes.
5. Pada kotak dialog Footnote and Endnote, bagian Format, pilih format angka yang diinginkan. Bila ingin menggunakan simbol, klik tombol Symbol.
6. Klik Apply untuk mengganti format.
7. Selanjutnya di samping angka atau simbol, ketik isi footnote/endnote.
8. Untuk menambah footnote/endnote lain dengan nomor berurutan, klik pada bagian dokumen yang akan diberi tanda footnote/endnote dan tekan:
CTRL+ALT+F untuk footnote.
CTRL+ALT+D untuk endnote.
Berikut tutorial cara mengolah footnote dan endnote.
Catatan: Jika Anda ingin membuat kutipan dan daftar pustaka (bibliografi) dapat dilihat pada artikel ini: Cara Membuat Kutipan dan Daftar Pustaka (Bibliografi) Otomatis di Word 2007.
Footnote atau endnote terdiri dari:
Tanda (dalam bentuk superscript) yang terletak dalam dokumen.Tanda bisa berupa angka, simbol, atau huruf.
Isi untuk keterangan footnote/endnote yang terletak di akhir halaman atau dokumen/section.
Cara Menyisipkan Footnote dan Endnote
1. Klik pada bagian yang ingin disisipkan tanda footnote/endnote.
2. Pada References tab, Footnotes group, klik Insert Footnote (untuk membuat catatan kaki) atau Insert Endnote (untuk membuat catatan akhir).
3. Sekarang kursor akan berpindah pada bagian untuk mengetik isi footnote/endnote.
Catatan: Secara default, MS Word akan menempatkan isi Footnote di akhir halaman sedangkan isi Endnote di akhir dokumen.
4. Untuk merubah format footnote/endnote, klik tanda Dialog Box Launcher () pada Footnotes.
5. Pada kotak dialog Footnote and Endnote, bagian Format, pilih format angka yang diinginkan. Bila ingin menggunakan simbol, klik tombol Symbol.
6. Klik Apply untuk mengganti format.
7. Selanjutnya di samping angka atau simbol, ketik isi footnote/endnote.
8. Untuk menambah footnote/endnote lain dengan nomor berurutan, klik pada bagian dokumen yang akan diberi tanda footnote/endnote dan tekan:
CTRL+ALT+F untuk footnote.
CTRL+ALT+D untuk endnote.
Cara Berhitung Pada Microsoft Excel
Dulu sebelum tahu caranya berhitung pada Microsoft Excel, saya melakukan penghitungan dengan menggunakan kalkulator. Kalau dulu kala berhitung dengan menggunakan kalkulator adalah cara yang canggih dan tercepat. Tapi sekarang ternyata ada yang lebih cepat lagi. Yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel. Hebatnya kita dapat menghitung angka dan hanya dengan mengetikkan bilangan yang kita inginkan maka jumlahnya akan berubah secara otomatis. Yang kita lakukan hanya satu kali memformat untuk penjumlahan, pengurangan, pembagian dan lain-lain yang kita inginkan.
Baiklah, langsung saja silakan pelajari teknik berhitung pada Microsoft Excel berikut ini.
Untuk berhitung penjumlahan, yang perlu anda lakukan adalah memblok bilangan yang ingin anda jumlahkan tersebut serta satu sel kosong di sebelahnya lalu klik tombol ‘sum’ (∑). Maka secara otomatis komputer akan memberikan hasil dari penjumlahan tersebut. Untuk menghitung hasil rata-rata dari suatu nilai anda bisa menggunakan (Average), yaitu diklik tulisan di bawah tanda ‘sum’. Untuk lebih jelasnya silakan diklik gambar di bawah ini:
Untuk berhitung pengurangan, pembagian, dan perkalian pertama-tama tuliskan bilangan yang akan dikalikan lalu tuliskan tanda sama dengan setelahnya. Arahkan pointer mouse ke sel 1 dan klik tanda bintang. Setelah itu masuk ke sel dua dan tekan enter. Selesai. Untuk lebih jelasnya, silakan diklik gambar berikut ini:
Catatan:
Berhitung perkalian menggunakan tanda (*). Pengurangan menggunakan tanda ( - ). Dan pembagian menggunakan tanda ( / )
Sebenarnya masih banyak sekali fungsi-fungsi penghitungan dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan pada program Microsoft Excel. Namun kali ini hanya ini yang bisa saya tulis.
Baiklah, langsung saja silakan pelajari teknik berhitung pada Microsoft Excel berikut ini.
Untuk berhitung penjumlahan, yang perlu anda lakukan adalah memblok bilangan yang ingin anda jumlahkan tersebut serta satu sel kosong di sebelahnya lalu klik tombol ‘sum’ (∑). Maka secara otomatis komputer akan memberikan hasil dari penjumlahan tersebut. Untuk menghitung hasil rata-rata dari suatu nilai anda bisa menggunakan (Average), yaitu diklik tulisan di bawah tanda ‘sum’. Untuk lebih jelasnya silakan diklik gambar di bawah ini:
Untuk berhitung pengurangan, pembagian, dan perkalian pertama-tama tuliskan bilangan yang akan dikalikan lalu tuliskan tanda sama dengan setelahnya. Arahkan pointer mouse ke sel 1 dan klik tanda bintang. Setelah itu masuk ke sel dua dan tekan enter. Selesai. Untuk lebih jelasnya, silakan diklik gambar berikut ini:
Catatan:
Berhitung perkalian menggunakan tanda (*). Pengurangan menggunakan tanda ( - ). Dan pembagian menggunakan tanda ( / )
Sebenarnya masih banyak sekali fungsi-fungsi penghitungan dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan pada program Microsoft Excel. Namun kali ini hanya ini yang bisa saya tulis.
Kamis, 19 Januari 2012
Mutiara
Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
(hanan)
Latar Belakang Blog
Blog Ini Merupakan implementasi dari tugas kampus yaitu mata kuliah aplikasi komputer, semoga menjadi media sharing ilmu dan berbagai pengalaman..
Langganan:
Postingan (Atom)