Rabu, 25 Januari 2012

ANALISIS RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW DALAM JELLY DI PASAR KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa
zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil
rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Warna merupakan salah satu faktor
penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu
barang yang termasuk di dalamnya adalah makanan dan minuman. Makanan yang
memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada
makanan yang tidak berwarna.
Pemakaian zat pengawet, pemanis dan pewarna sintetik pada makanan dan
minuman telah banyak digunakan. Khususnya zat pewarna, masih banyak
ditemukan pemakaian zat pewarna berbahaya bagi manusia, contohnya: rhodamin
B, sudan I, metanil yellow, citrus red, violet GB dan lain-lain (Tabel 2). Pewarna-
pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 239 / Men.Kes / Per / V / 85 (Anonim, 1985).
Harga menjadi salah satu alasan oleh produsen untuk menggunakan zat
pewarna tekstil untuk ditambahkan pada produk makanan mereka, dimana zat
pewarna tekstil relatif lebih murah dan biasanya warnanya lebih menarik
dibanding dengan zat pewarna untuk makanan. Pemberian zat pewarna berbahaya
yang dipakai dalam bahan makanan juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang

zat pewarna apa saja yang diperbolehkan (Tabel 1) dan yang tidak diperbolehkan
(Tabel 2) untuk ditambahkan pada makanan.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa pewarna tekstil yang digunakan
dalam makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tubuh mereka. Bahan-
bahan pewarna seperti rhodamin B juga dapat terakumulasi pada tubuh manusia
dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-
penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2006).
Rhodamin B dan metanil yellow menyebabkan toksik pada mencit dan
tikus percobaan (Nainggolan-Sihombing, 1984). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metanil yellow menyebabkan tumor pada tikus percobaan. Hal-hal tersebut
akan menimbulkan pertanyaan, apakah keracunan serupa seperti yang terlihat
pada hewan percobaan tersebut akan terjadi juga pada manusia yang sering makan
makanan yang mengandung pewarna rhodamin B dan metanil yellow (Gupta, dkk,
2002). Rhodamin B dan metanil yellow bisa menyebabkan kanker, keracunan,
iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus (Mudjajanto, 2007).
Beberapa produk makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan
mengandung zat warna diantaranya yaitu kerupuk, tape, permen, geplak, dodol,
jelly, saos dan masih banyak lagi. Jelly merupakan salah satu jenis produk
makanan yang banyak digemari oleh masyarakat terutama di kalangan anak-anak
dan remaja. Berbagai merk dan bentuk dari makanan jelly yang berada di pasaran
semakin hari semakin bertambah, terutama produk jelly yang dijual di pasar-pasar
tradisional seperti pasar-pasar yang berada di Kecamatan Jebres. Kecamatan
Jebres merupakan 1 dari 5 kecamatan yang berada di Kotamadya Surakarta,

dimana kepadatan penduduknya menempati urutan kedua setelah Kecamatan
Banjarsari (Tabel 7), dengan kepadatan yang cukup tinggi yaitu 10.200 jiwa/km2
(Anonim, 2006). Pasar-pasar tradisional yang ada di Kecamatan Jebres tersebar di
beberapa lokasi. Pasar-pasar tersebut antara lain: Pasar Gede, Pasar Jebres, Pasar
Ledoksari, Pasar Tanggul, dan Pasar Mojosongo.
Pasar-pasar di Kecamatan Jebres memiliki aktivitas jual beli kebutuhan
sehari-hari oleh masyarakat cukup tinggi, hal tersebut dimungkinkan karena
beberapa pasar tersebut berada dekat dengan pusat kota sehingga peredaran jelly
yang ada sangat banyak dengan merk-merk yang ada. Oleh karena itu, penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat rhodamin B dan
metanil yellow yang digunakan dalam makanan jelly yang beredar di pasar-pasar
tradisional di Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta, dimana sudah diketahui
bahwa kedua pewarna tersebut telah dinyatakan berbahaya oleh pemerintah.

B. Perumusan Masalah
Adakah zat pewarna berbahaya (rhodamin B dan metanil yellow) di dalam
produk makanan jelly di pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya produk makanan jelly
yang diperjualbelikan di pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta
mengandung rhodamin B dan metanil yellow.


D. Tinjauan Pustaka
1. Jelly
Jelly merupakan salah satu jenis produk makanan yang pada umumnya
berbentuk semi padat, dengan rasa manis, dan biasanya berwarna-warni dalam
kemasannya yang banyak digemari oleh masyarakat terutama untuk kalangan
anak-anak dan remaja. Berbagai merk dan bentuk dari makanan jelly yang berada
di pasaran semakin hari semakin bertambah. Terutama produk-produk jelly yang
dijual di pasar-pasar tradisional seperti merk Okky Jelly, Okky Jelly Drink,
Borobudur Jelly, Donald Jelly dan merk-merk lain, juga beberapa produk jelly
lain tanpa merk.
2. Zat warna
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
memberi warna pada suatu objek (Fessenden & Fessenden, 1999). Penentuan
mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor
diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya; di samping itu ada faktor
lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain
dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-
kadang sangat menentukan (Winarno, 2002).
Pewarna sintetik makanan digolongkan sesuai struktur kimianya ke dalam
golongan: azo, triaryl methane, xanthene, quinoline dan komponen indigoid
(Nollet, 2004). D&C Red No. 19 nama lain dari rhodamin B (tabel 3) merupakan
pewarna golongan xanthene basa (Marmion, 1984) dan metanil yellow merupakan
pewarna golongan azo (Nainggolan, dan Sihombing, 1984).

Tabel 1. Zat pewarna bagi makanan dan minuman yang diijinkan di
Indonesia (Winarno, 2002).

Dengan perkembangan teknologi pengolahan bahan makanan yang sangat
pesat, maka bahan-bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan
makanan semakin banyak jumlahnya. Bahan tambahan secara definitif dapat
diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dengan sengaja dan kemudian terdapat
dalam makanan sebagai akibat dari berbagai tahap budidaya, pengolahan,
penyimpanan maupun pengemasan. Zat pewarna makanan termasuk salah satu
dari bahan tambahan (Sudarmadji, 1996).

Tabel 2. Zat pewarna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya
(Anonim, 1985).


3. Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintesis berbentuk serbuk kristal berwarna
kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk tersebut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah (Trestirati, 2003).


Berdasar data toksikologi dan dermatologi, rhodamin B (Gambar 1) dapat
menyebabkan iritasi kuat pada membran mukosa (Tabel 4).


Gambar 1. Struktur kimia rhodamin B (Marmion, 1984).
Tabel 3. Data rhodamin B (Anonima, 2007).




Tabel 4. Data toksikologi dan dermatologi rhodamin B (Otterstätter, 1999).


4. Metanil Yellow
Metanil yellow merupakan pewarna golongan azo, dimana dalam
strukturnya terdapat ikatan N=N (Gambar 2). Metanil yellow dengan warna
kuning (Tabel 5) dibuat dari asam metanilat dan difenilamin (Nainggolan, dan
Sihombing, 1984)



5. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
suatu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile); pemisahanpemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini (Sastrohamidjojo,
1991). Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatogafi lapis tipis (KLT)
adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,
1985). Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan berbagai
senyawa seperti ion-ion anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan
anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dansenyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbsi dan
adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbsi dan adsorben
bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum dipakai
ialah silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oxyde), kieselguhr (diatomeus
earth) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut yang paling banyak
dipakai ialah silika gel karena hampir semua senyawa zat dapat dipisahkan oleh
jenis adsorben ini (Tabel 6) dan masing-masing terdiri dari beberapa jenis yang
mempunyai nama perdagangan bermacam-macam (Adnan, 1997).
Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang
dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada
gelas penyokong. Sifat-sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi
lapisan tipis adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom.
Dua sifat yang penting dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya,
karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada mereka
(Sastrohamidjojo, 1991).


Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada
gaya kapiler (Stahl, 1985). Jika fase gerak dan fase diam telah dipilih dengan
tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masing
bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran (Gritter, dkk,
1991). Memang agak sukar untuk menentukan sistem pelarut yang cocok untuk
pengembangan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like
dissolves like, tetapi akan lebih cepat dengan mengambil pengalaman para
peneliti, yaitu dengan dasar pustaka yang sudah ada (Adnan, 1997). Perbedaan
migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan dalam
kecepatan migrasi dari 2 senyawa, tidak mungkin terjadi pemisahan (Sudjadi,
1986).
Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa dan warna pada
kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama pada kira-kira 254
nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang
pendek dan atau gelombang panjang (365 nm) (Stahl, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih
baik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi
lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf
dalam lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kromatografi kertas.
Seperti halnya pada kromatografi kertas harga Rf didefinisikan sebagai
berikut:



Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan
dengan harga-harga standar (Sastrohamidjojo, 1991).
6. Kecamatan Jebres
Kecamatan Jebres merupakan 1 dari 5 kecamatan yang berada di
Kotamadya Surakarta, dimana kepadatan penduduknya menempati urutan kedua
setelah Kecamatan Banjarsari (Anonim, 2006).



Pasar-pasar tradisional yang ada di Kecamatan Jebres tersebar di beberapa
lokasi. Pasar-pasar tersebut antara lain: Pasar Gede, Pasar Jebres, Pasar Ledoksari,
Pasar Tanggul, dan Pasar Mojosongo.
E. Keterangan Empiris
Jelly yang berwarna merah dan kuning yang diperjualbelikan di pasar
Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta diduga mengandung zat pewarna
rhodamin B dan metanil yellow.

Refrensi Buku :
Anonim "Pelepasan Rambutan Binjai sebagai Varietas Unggul" 1985,
Judarwanto "Ensiklopedia calon ibu: panduan lengkap mendidik anak secara Islami"2006,
Nainggolan-Sihombing "Malpractice of colouring soy tempe with non-edible metanil yellow" 1984,
Gupta dkk "Fisika SMA/MA Kls XI" 2002,
Fessenden & Fessenden 1999,
Winarno 2002,
Sudarmadji 1996,
Trestirati 2003,
Marmion 1984,
Anonima 2007,
Otterstätter 1999,
Sastrohamidjojo 1991,
Stahl 1985,
Adnan 1997.

1 komentar:

  1. You may search for our products through the search bar on our website. If you would like to receive a copy of our product catalog, please contact us at info@alfa-chemistry.com.
    METANIL YELLOW

    BalasHapus